Sabtu, 04 Januari 2014

Review Film : The Secret life of Walter Mitty



Enjoying my kind saturday alone, i watch movie. This time I choose The Secret Life of Walter Mitty. Karena hari libur dan berhubung pacar lagi di luar kota, saya memutuskan liburan saya sendiri. Rencana potong rambut, baca novel, dan menonton film. Film inilah yang saya pilih untuk menghabiskan sabtu saya.

Awalnya saya tidak mempunyai ekspektasi apa apa, apalagi bintangnya Ben Stiller saya rasa ini film komedi yang cocok untuk weekend. Nyatanya lebih daripada itu. Bercerita tentang seorang karyawan di majalah LIFE yang tekenal suka berkhayal dan canggung. Walter Mitty (Ben Stiller) sudah lama bekerja di majalah ternama itu dan tiba tiba terdengar kabar bahwa perusahaan mereka akan mengalami masalah besar. Walter yang bekerja di bagian negatif film harus berusaha mencari bagian poto yang hilang yang akan menjadi sampul majalah tersebut. Bukan hanya struggle dengan pekerjaannya, Walter bertemu dengan wanita cantik yang belum lama bekerja di perusahaan yang sama Cheryl Melhoff (Kristen Wiig). Walter harus keluar dari zona nyamannya untuk bertemu dengan potograper idolanya Sean O'Conner (Sean Penn) yang bisa menyelamatkan pekerjaannya untuk foto terakhir majalah LIFE. Dengan keberanian dan jenuh akan hidupnya, Walter pun mengalami pertualangan yang menajubkan dan pengalaman yang akan mengubah hidupnya kelak.


Film ini diangkat dari novel klasik James Thurber dengan nama yang sama pada tahun 1939. Film ini menjadi film pertama bagi Ben Stiller menjadi pemeran utama sekaligus sang sutradar itu sendiri. Film ini penuh dengan imajinasi Walter Mitty, pertualangan yang menabjubkan, dan komedi segar khas Ben Stiller. Dari awal sampe akhir saya tak henti hentinya terseyum dan hanyut dalam cerita. Cara penyampaian film ini diluar dugaan, dan pemandangan dari pertualangan Walter sangat membuat saya kagum. Film ini mengajarkan banyak hal. Ketekunan, keberanian, pertualangan, dan cinta. Karena kehidupan Walter seperti melihat kehidupan kita sendiri yang seringkali terjebak dalam rutinitas yang membosankan dan berimajinasi sendiri.
Walter yang kaku dan canggung berubah menjadi Walter yang tidak takut memulai pertualangan untuk tujuan hidupnya.

Film yang hampir 2 jam ini sangat cocok ditonton untuk weekend ini. Rating di Rotten Tomatoes 50% tapi bagi saya film ini cocok dihadiahi 80%. You should watch it and you dont regret it. Happy weekend!

Jumat, 20 Desember 2013

Pindah


Jika umur kamu sudah 23 tahun, sudah bisa dikatakan mapan dalam hidup, sudah bisa membiayai diri sendiri, dan bekerja sudah cukup lama, sudah saatnya memikirkan untuk pindah. Pindah disini bukan hanya sekedar pindah kerja atau rumah. Tapi juga pindah selera hidup bahkan keinginan yang ingin dicapai. Soal hati. Karena pindah sangat rentan dengan perubahan. Untuk sebagian orang, berpindah adalah hal yang menakutkan. Keluar dari zona nyaman dan banyak ketakutan dan rententan pertanyaan apakah bisa bertahan dari yang sekarang.

Saya bekerja di penerbitan di Bandung. Setiap mau pergantian tahun pasti ada perubahan struktur. Saya dicalonkan untuk pindah cabang yang di Medan. Kenapa? Karena kota itu sudah menjadi kampung halaman saya selama ini. Tapi saya ragu, saya takut, dan saya minta diberi waktu berpikir. Apa yang saya takutkan? Saya sudah cukup lama merantau di Bandung, sudah hampir 7 tahun. Kota ini sudah menjadi rumah kedua saya. Yang membangun diri saya, menjadi tmpat untuk hidup dengan segala macam keruwetan dan kesederhaan yang disajikan kota ini. Saya sudah jatuh cinta dengan kota ini. Mulai dari jalannya, kulinernya, event eventnya, filmnya, tempat wisatanya, bahkan diri saya sendiri di kota ini.

Saya terbiasa melakukan apa apa sendiri. Saya terbiasa berada di kamar saya yang hening dengan segala tumpuk buku dan film saya. Saya terbiasa dengan jalur angkotnya dan saya bahkan hapal dengan resto yang enak atau tempat hangout yang oke disini. Saya juga punya langganan coffee shop di kota ini. Saya sudah nyaman.Bandung bukan cuma kota, bahkan ini masalah hati. Mungkin Tuhan tersenyum saat menciptakan Bandung.

Tapi saya pikir nyaman juga bisa menakutkan. Terlalu nyaman malah. Setelah saya konsultasi dengan orang terdekat saya dan solat istikarah. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah. Pindah dari kota yang nyaman ke kampung halaman saya. Ketakutan saya terlalu besar tapi saya ingat kata Sudjewo Tedjo "kalo kita takut akan masa depan, maka kita meragukan Tuhan kita". Ada benarnya. Mungkin di kota Medan saya menemukan keruwetan lain, masalah lain, bahkan kesenangan lain. Saya dituntun untuk beradaptasi lagi dengan hal yang baru. Mungkin inilah poitifnya. Kadang manusia butuh pindah, agar tak berdiam diri saja. Dan lebih mengenal dirinya yang lain. :)

Sabtu, 14 Desember 2013

Review Film : The Hobbit Desolation of Smaug


Hari sabtu adalah hari menonton film. Itu pepatah saya. Bioskop ataupun DVD adalah hal yang wajib untuk memulai weekend. Saya memutuskan menonton The Hobbit : Desolation of Smaug. Saya punya ekspektasi sama film ini. Karena kejayaan LOTR (lord of The ring). Biarpun sebenarnya tidak bisa disamakan. Tapi film ini adalah awal beberapa perjalanan yang memulai LOTR.
The Hobbit baru tayang di Indonesia tanggal 13 Desember 2013. Saya pastinya melihat trailer terlebih dahulu. Dan saya pikir, film ini cocok ditonton di saat weekend. So here we go :


Bercerita tentang kelanjutan perjalanan Bilbo Baggins bersama beberapa Dwarf (kurcaci) yang membuat mereka mengalami pertualangan yang berbahaya sekaligus seru. Mereka ingin pergi ke Silent Mountain (Gunung Sunyi) untuk merebut kembali Tanah kelahiran para Dwarf dari Sang Monster Naga yang kejam. Naga tersebut terlah mendiami tanah mereka selama bertahun tahun.

Untuk tujuan itu, mereka harus mengalami rintangan. Dimulai dari masuk hutan yang dipenuhi laba laba ganas, ditangkap kerajaan peri, dan menyusup masuk ke Kota danau, juga diserang oleh Orc yang ingin membunuh mereka satu persatu.  Untuk satu tujuan, yaitu cepat sampai ke Gunung Sunyi itu. Rintangan demi rintangan itu mereka lalui dengan bekerja sama.Perang sudah mulai, Sauron pun menampakkan dirinya untuk pertama kali.

Film ini menawarkan full aksi pertualangan mereka yang tiada henti, dengan efek pengambilan gambar yang bagus, karakter yang kuat yang dimana satu persatu mulai terkuak untuk kita lebih memahami seperti apa awal sehingga munculnya LOTR. Tapi saya kecewa dengan ending yang anti klimak, seakan seperti terpaksa diakhiri untuk memberikan film ketiga. Ending yang bikin saya mendengus sedikit dan ekspektasi saya agak hancur. Tapi bagi kamu yang ingin menonton film The Hobbit, saya sarankan jangan terlalu tinggi ekspektasinya. Tapi secara keseluruhan, film ini fun untuk ditonton. Happy Weekend!

Dan ini Trailer The Hobbit : Desolation of Smaug
The Hobbit Desolation of Smaug
© Natrarahmani
Maira Gall