Senin, 30 April 2018

CREATIVEPRENEUR SERIES PART 2 : RESOURCES


creativepreneur
Postingan blog tentang Creativepreneur series ini memang lama baru update lagi. Karena pengalaman sendiri lah makanya nulisnya pake dirasa rasa dan dipahami. Semoga yang baca bisa ngambil hal yang baik ya. Kali ini mau bahas tentang Resource.

Pembahasan awal kita sudah berkenalan bagaimana saya membangun Amelie dari awal banget. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di CREATIVEPRENEUR SERIES PART I. Konsep brand awal mula sudah terbentuk, selanjutnya yng tak kalah penting adalah dimana sumber kamu bisa memproduksi barang. Banyak sekali pertimbangan untuk sampai ke finishing produk dengan kualitas yang mumpuni. Tombak buat produk kamu yang bakal dikenal sama masyarakat. Gak bisa sembarangan dan banyak banget yang jadi pertimbangan untuk jadi produk yang layak jual.

Untuk bahan sepatu itu banyak banget jenisnya. Mulai dari suede, artificial lether, patent leather, lux, tiberias, canvas, dan lain lain. Eits bukan hanya itu yang dipelajari tapi juga harus tau metode pengerjaan, jenis sepatu apalagi sepatu perempuan, dan juga jenis tapaknya. Di kasus saya sampe sekarang masih belajar secara otodidak, jadi begitu akan buat model baru dengan gamblang saya jelasin detail ke vendor biar dia tau bagaimana hasilnya nanti. kalo saya aja nggak ngerti, vendor juga nggak bakal mudeng sama permintaan saya.
amelie-shoes

Amelie sendiri konsepnya adalah brand sepatu handmade wanita yang mengedepankan kenyamanan tapi tetep chic&affordable.  Pertanyaan mendasarnya adalah : Apakah kamu akan memproduksi sendiri atau memakai jasa vendor?. Nah untuk kasus di Amelie sendiri adalah kita masih memakai jasa vendor. Dikarenakan pengrajin di kota asal belom mumpuni atau tidak sebanyak yang di Bandung dengan kualitas yang oke punya. Sampai sekarang PR Amelie ini adalah mencari pengrajin sepatu handmade yang ada di Medan agar lebih enak pengaturan model dan bahan. Tapi emang belom nemu. Jadi kamu yang tau pengrajin oke bolehlah saya dibagi ya

Untuk urusan memilih vendor ini seperti mencari pasangan yang tepat. So many trial and error. Awal mula proses pencarian vendor ini adalah searching via google. Thank God kita hiudp di zaman yang serba digital ini. Dari situ didapatlah beberapa nama. Eits tapi nggak langsung dihubungi toh harus riset lagi mana konsepnya yang hampir berdekatan dengan image brand kita. Jujur, komunikasi hanya melalui chat dan telpon. Belom pernah ketemu langsung bahkan saat Amelie sudah berumur 3 tahun. Tapi saya percaya pada nyali bahwa ini harus dimulai. Thanks to Kak echi yang jadi vendor Amelie pertama kali sampe sekarang.

Proses pencarian vendor ini kalau menurut saya ditentukan oleh 3 hal : KOMUNIKASI, KUALITAS, HARGA. Karena tidak selamanya vendor yang murah hasilnya juga bakal rapi, atau tidak selamanya harga yang mahal itu bakal jangka panjang kerjasamanya jika komunikasinya kurang. Komunikasi menurut saya adalah key point. Karena dari sini bisa diukur apakah kerjasama ini akan langgeng. Kita pengennya kan ya dia ngerti maunya kita dan punya big picture tentang model yang akan kita buat.

Amelie sendiri sampai sekarang punya 3 vendor. Masing masing punya keunikan sendiri dan hasil finishingnya berbeda beda. Jadi sudah tau untuk model yang mana lebih cocok vendor yang mana. Dari segi harga gak beda jauh, yang membedakannya gaya komunikasi dan hasil akhir produk. Yang namanya vendor itu so pasti kita harus ngerti term and condition dari dia, begitupun dia harus mengerti rules dari kita. Jadiemang harus transparan kalo menurut aku. Baik itu masalah harga, bahan, kuantitas, dan kualitas.
amelie-shoes
best seller : BRIENNE

Karena pasangan antara klien dan vendor itu harus didasari sama sama maju, sama sama menerima kritik dan saran, dan niat baik satu sama lain. Vendor Amelie yang ada di Bandung bukan berarti mulus terus. Terkadang ada yang salah bahan, salah size, dan finishing yang jelek. Untuk quality control sendiri berada di dua pihak. Baik dari vendor kita sendiri maupun di Amelie. Sistem kerjasamanya bisa retur dan ganti produk. Beneran challenging dan kadang menguras emosi loh. Apalagi kalo udah mepet mepet tenggat waktunya dan konsumen yang sudah menanyakan ketersediaan barang. Sementara vendor punya alasan yang jelas kenapa mengulur waktu. beginilah seninya. Atau barang yang nyampe ke saya packagingnya hancur dikarenakan ekspedisi yang asal asalan atau tiba tiba ketika nyampe ke saya malah ada cacatnya. Disini kadang sering sering ngambil nafas panjang kalo lagi mumet. Pengen menyendiri (halah). 

Kebutuhan konsumen yang pengen dapat sepatu yang long-lasting tapi ramah kantong itu yang jadi cambuk kita terus. Belajar model setiap hari dan belajar juga trend yang muncul tapi coba nggak lupa 'akar' Amelie sendiri.

Doakan semoga Amelie nanti punya home-based dan bisa merumahkan para pengrajin ya. Itu next project Amelie. Untuk part selanjutnya bakal dikupas soal content social media. So stay tune.

2 komentar

  1. Impian banget punya usaha sendiri, tapi sampai sekarang saya masih belum komit sama niat sendiri. Mbaknya keren ya, saya jadi mau baca-baca series ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah terima kasih kakak semoga bisa diwujudkan ya kak mimpinya.

      Hapus

© Natrarahmani
Maira Gall