Kamis, 30 November 2017

Baby Blues, Apakah itu?


Di era modern sekarang, informasi berdatangan dari mana saja. Bahkan Ibu ibu sekarang dituntut untuk selalu update dengan perkembangan yang ada. Biar tidak gaptek istilahnya. Di ibu milenial zaman sekarang ada istilah yang terkenal pasca melahirkan yaitu Baby Blues. Apakah itu?

" Baby blues adalah kondisi gangguan mood yang dialami ibu setelah melahirkan bayi. Baby blues merupakan bentuk yang lebih ringan dari depresi post-natal (depresi setelah melahirkan). Kondisi ini dianggap normal dan cukup sering terjadi, yaitu 70 – 80% ibu setelah melahirkan" - kerjanya.net

Saya disini tidak menjelaskan secara teori mengenai Baby Blues ini. Tapi saya memaparkan apa yang saya alami. Saya baru melahirkan anak kedua saya tepat pada tanggal 11 Oktober 2017. Habis melahirkan, saya masih harus berjuang untuk sembuh dan berjalan normal pasca operasi caesar. Tapi hari pertama pasca operasi saya tidak bisa tidur padahal mengantuk banget dikarenakan perut yang sakit karena efek bius yang sudah hilang. Ditambah anak pertama saya berkunjung dan teriak teriak kebosanan pengen keluar. Saya diam dan berusaha mengatur nafas. Besoknya, saya kangen banget sama anak pertama saya Aidan dan menangis kejer malam malam di rumah sakit. Suami saya mencoba menenangkan saya yang saya gak tau kenapa bisa se drama itu nangisnya. Alasannya, saya takut tidak bisa membagi perhatian ke abangnya dan abangnya jadi marah sama saya. Ada sedikit perasaan saya menyesal karena punya anak kedua karena takut gak adil. 

Perasaan itu terus menghantui. Setibanya di rumah pun, saya dihadapkan dengan begadang karena mngurus Andira dan kurang istirahat banget. Ditambah abangnya yang belom bisa belajar sabar dan masih berebutan perhatian.

Saya capek, saya menangis, saya gak sanggup merawat dua anak yang notabene masih harus full perhatian. Saya kucel, mata sembab, dan tuntutan dari orang terdekat yang banyak menasehati ini dan itu. Bener bener frustasi. banyak banget ketakutan saya. Takut asi gak keluar, takut sayanya jadi gak punya temen lagi, takut jadwal hiburan saya tidak ada lagi, takut abang dan adik terlantarkan dan tidak terawat dengan baik, takut mertua memandang saya salah asuh cucunya, takut tidak mencukup secara finansial, takut saya pergi dan gak kembali. Beruntung saat awal awal pasca melahirkan suami mendampingi terus siang dan malam.

Ada pikiran saya pengen pergi tapi selalu saya coba enyahkan pikiran itu. Coba menyibukkan diri dengan apapun. Mencoba bersyukur dengan apa yang saya punya dan mecoba membuat scedule biar saya bisa istirahat biarpun sedikit. Jadi bagi Ibu ibu yang pernah mengalami seperti saya, kamu gak sendiri. Kamu juga bersama dengan ibu ibu hebat lainnya. Kalian hebat, kalian berharga, dan sayangi diri kalian dahulu untuk bisa membagi cinta ke anak anak dan suami. Bahkan saya sampe sekarang perasaan itu masih ada tapi gak separah awal melahirkan.

Bu, jangan takut bercerita apapun yang ibu rasakan kepada suami. Ceritakan keluh kesahnya ibu dan bagaimana capeknya. Keluarkan unek unek yang ibu rasakan. Tumpahkan semua biarpun harus pakai air mata. Setidaknya biarkan diri Ibu lega.

Bu, ketakutan itu adalah wajar. Itu bukan pertanda ibu adalah ibu yang nggak becus, itu membuktikan bahwa ibu adalah wanita kuat yang ingin yang terbaik buat semuanya. Ketakutan itu untuk dilawan dan dibuktikan bahwa Ibu bisa dan mampu melewati semua.

Bu, ini hanya sementara saja. Semua perasaan capek dan frustasi ini akan terlewati dengan waktu. Bersyukur dan carilah kegiatan me-time untuk bikin ibu relax sebentar dari padatnya rutinitas. Carilah hal hal kecil yang bikin ibu bersyukur dengan yang ibu punya sekarang. Saya juga masih belajar terus sampai sekarang.

Bu, jaga diri ibu dan makan yang sehat. Usahakan olahraga agar ibu selalu fit. Bagaiman ibu menjaga anak anak jika ibu sakit? ada yang bilang, segimanapun Ibu sakit tapi Ibu gak boleh sakit. Karena anak anak bergantung sama Ibu. Ibulah dunia mereka dan tempat ternyaman bagi mereka. Olahraga bisa dipilih sesuai yang ibu mau. Bisa yoga, lari, atau pillates. Gak harus ke gym, cari waktu untuk dikerjakan di rumah jika ibu takut meninggalkan anak anak.

Ibu gak sendiri. Lawan baby blues itu dan semua akan terlewati dengan waktu.


Senin, 27 November 2017

Persalinan Kedua, Andira, dan BPJS Kesehatan Malahayati

Postingan kemaren kan tentang cara menyapih Aidan beserta penjelasannya. Sekarang saya mau menjelaskan proses kelahiran anak kedua saya pake BPJS Kesehatan di Medan. Pada usia kehamilan 7 bulan saya sudah sibuk mencari rumah sakit yang mumpuni baik dari segi harga maupun service ketika nanti melahirkan.

Awalnya saya konsultasi tiap bulan bersama Dr.Rachma Bachtiar. Dokter kandungan ini sangat nge-hits dikalangan ibu ibu Medan. Cantik, berjilbab, dan ramah menjelaskan kepada bumil. Tapi ya resikonya rame banget yang mau ke dokter ini tapi sangat tokcer. Oh ya bagi yang mau ke dokter Rachma ini saat ini dia ada di Rumah Sakit Stella Maris, RSIA Sarah, dan klinik pribadinya di jalan Bilal. Jadi para ibu ibu bisa pilih mau dimana ya. Tapi pengalaman pribadi kalo di klinik pribadinya di jalan Bilal, harap datang sebelom jam 4 sore dan ngambil nomor antrian. Karena yang datang tiap harinya bejibun sampe malam.

Nah balik lagi ceritanya. Waktu itu pilihan saya jatuh ke RSIA Sarah. Setelah check dan recheck harga, untuk persalinan Caesar perkiraan harga kelas 3 nya adalah sekitar 12 - 14 jutaan. Karena kelas 3 itu yang paling saya bisa sanggupi makanya saya booking kamar. Untuk booking minimal 500 ribu dan sudah bisa FREE senan hamil setiap hari Sabtu-Minggu. RS Sarah ini beneran enak dan sangat bersih.Yang namanya rencana pasti berubah kan ya.

Tiba tiba suami ketemu sama temennya dan nyaranin kenapa gak pake BPJS aja toh sama sekali belom pernah pakai dan tiap bulan selalu dibayar. Wah bener juga, kenapa nggak? Dari situ kita mulai hunting rumah sakit mana yang nerima BPJS dan juga dokter mana yang bisa kita datangin. Pilihan jatuh ke Rumah Sakit Malahayati di Jl.Diponegoro (samping Lippo Mall dan depan Lap. benteng). Hal pertama kita datangi Rumah sakitnya untuk tau persyaratan apa aja untuk melahirkan dan resepsionisnya sangat membantu sekali. Alhamdulillah.

Untuk pake BPJS syaratnya harus datangi dan kontrol ke puskesmas terdekat yang sesuai area alamat kita ya. Kalo saya karena alamat di Jl.Puri maka saya memilih Puskesmas Amaliun. Karena ini wajib jika ingin mendapat surat Rujukan yang perlu banget jika kamu berencana buat Operasi Caesar. Untuk di RS Malahayati nya sendiri mewajibkan untuk kontrol dengan dokternya minimal sekali sebelum melahirkan menggunakan BPJS. RS Malahayati buat kontrolnya gak ngeribetin buat peserta BPJS, asal bawa kelengkapan (seperti fotocopy KTP, Fotocopy Kartu BPJS, dan surat rujukan jika ada) dan langsung go. Mereka juga gak pelit info jika pasien bertanya ini itu. Gak ngebedain pelayanan antara BPJS dan Pribadi.

Dokter yang kami pilih adalah Dr.Fadjrir. Dokter cowok senior yang gayanya kayak anak muda tapi saya suka dengan metode kontrol beliau. To the point dan ngasih realistis. Love love him. Perawakannya bapak yang rambut ubanan dan dikuncir dan selalu pake sneaker. Kebayang kan gimana rockernya. Tibalah saatnya mau dekat lahiran, kami kontrol dengan beliau tanggal 10 Oktober dan minta izin untuk melahirkan tanggal 17 Oktober. Karena kami sudah dapat rujukan dari puskesmas yang kita tau cuman bisa diminta sekali aja. Deg degan asli karena takutnya dokter belom ngijinin buat ngelahirin.Ternyata beliau oke.

Lagi lagi manusia kan boleh berencana, Allah juga yang menetukan. Habis kontrol sama Dr.Fadjrir, sorenya habis solat Ashar saya merasakan ada yang ngalir dan bener ternyata ketuban saya sudah membasahi celana dalam. langsung cepat cepat panggil suami dan beres ini itu. Iya nggak nyangka sudah harus berkemas. Sesampainya di RS Malahayati langsung menuju UGD dan diperiksa ternyata sudah pembukaan satu. Langsung suami memberikan data BPJS serta kelengkapannya. Tidak ada kendala sama sekali. Bermalam di ruang bersalin karena besok paginya langsung operasi caesar (PS anak pertama saya juga lahir Caesar karena ketuban yang ngalir). Operasi berjalan lancar alhamdulillah biarpun saya deg degan setengah mati sebelom operasi. Lahirlah Andira Nayla Rzki Sebayang, anak perempuan saya.

Saya memakai BPJS mandiri Kelas 1 yang dimana kalo Kelas 1 bisa upgrade ke kelas diatasnya. Iuran perbulannya untuk Mandiri itu 80 ribu/ orang.Waktu itu mau upgrade, tapi petugasnya bilang biaya yang ditanggung oleh BPJS hanya 60% selebihnya pasien. Dan saya menolak karena toh Kelas 1 juga udah oke. Kelas 1 BPJS itu adalah satu kamar berdua dan selama kami memakai kamar itu menurut saya bagus dan bersih. Pelayanannya juga cepat. Untuk makanan saya bilang standar tapi masih enak dimakan. Didalam kamar tersedia TV buat masing masing pasien biarpun satu kamar ada dua bed.

Untuk bayinya dikasih pilihan bisa in room sama ibu selama 24 jam atau hanya sampe sore saja. Karena saya habis operasi, otomatis saya memilih opsi dari pagi-sore aja untuk menyusukan bayi saya. Malamnya Andira dibawa ke ruang bayi lagi. Karena apa? karena saya masih susah gerak dan masih butuh banyak istirahat.

Total saya disana 5 hari 4 malam. Deg degan ketika mau bayar apakah benar ini gratis atau ada tanda kutipnya alias sesuai aturan yang berlaku. Ternyata hanya bayar 25 ribu saja. Hanya 25 ribu. Kata suami itu untuk bayar surat kelahiran Andira saja. Semuanya gratis. Rezeki gak kemana ya. Alhamdulillah.

Saya saranin untuk pake BPJS di Malahayati karena saya puas dengan semuanya. Baik dari pelayanan, kondisi kamar,dan makanan. Terima kasih ya buat para suster dan petugas Malahayati, kalian membantu sekali. Ini serius bukan iklan. Ini pengalaman pribadi. Yang jelas harus siapkan beberapa lembar fotocopy KTP, Fotocopy Kartu BPJS, Surat Rujukan, Fotocopy Kartu Keluarga.

Minggu, 26 November 2017

Breastfeeding Journey : Proses Menyusu dan Menyapih

Sudah begitu lama ya saya tidak bercerita di blog. Karena keinginan menulis terpendam selama hampir 2 tahun dikarenakan kesibukan yang lainnya. Terlalu banyak cerita yang mau dibagi tapi kali ini saya bercerita tentang proses menyapih anak pertama saya ya yaitu Aidan.

Anak cowok kita tau kalo yang namanya menyusu itu kuat, saya tidak pungkiri itu. Masa masa aidan beberapa hari di dunia saya kelabakan. Karena dia haus mlulu dan banyak, otomatis saya juga harus makan terus supaya terpenuhi kebutuhan Aidan. Sempat saya menangis dikarenakan saya kurang istirahat, bahkan dua hari setelah keluar dari rumah sakit saya gak tidur tidur dikarenakan begadang mlulu dan siangnya ketika mau istirahat banyak tamu yang datang. Sampe senyum pun udah gak ada.

Karena pengen terpenuhinya kebutuhan asi aidan, saya harus makan terus. Bahkan saya sampe bosen loh makan, tapi kalo nggak gitu saya kelaparan dan gak ada tenaga. Akhirnya saya booster asi. Nggak pake obat obat atau teh khusus. Saya hanya minum susu uht berkotak kotak, jus wortel (ngaruh banget), dan makan apapun yang saya suka. Untuk memancing produksi asi saya juga pumping setiap 4 jam sekali biarpun disela sela itu Aidan menyusu langsung dengan saya.

Alhamdulillah asi selalu cukup buat Aidan dan badannya langsung gemuk padahal orang orang tidak menyangka dia gemuk karena lahirnya kecil banget yaitu 2,6 kg. Proses menyusu berjalan aman dan nyaman selama setahun dan mpasi juga gak masalah.

Tiba tiba rezeki datang gak terduga duga, saya hamil lagi sodara sodara. Kehamilan yang tidak direncanakan tapi saya syukuri kedatangannya. Kaget liat garis dua di testpack saya. Pertanyaan beruntun datang dari keluarga dan juga saya. Ketakutan mendasar. Apa saya bisa mengurus anak biarpun lagi hamil? apa asi saya seret padahal Aidan masih menyusu? Apa Aidan makin rewel karena tau bakal punya adek? pertanyaan itu terus menghantui. Bismillah saya tekankan dalam hati.

Kenyataannya Asi saya seret bahkan paling parahnya saat usia kehamilan saya 4 bulan. Aidan semakin susut badannya dikarenakan nyusunya kurang. Saya jadi ngerasa bersalah dan saya menangis setiap malam karena badan yang nggak tau maunya apa( ibu ibu pasti kan hormon yang merajalela saat hamil). Ditambah suami yang jauh di kota seberang.

Saya ingat banget itu, ketika senin malam awal bulan Mei 2017 saya menangis tersedu sedu dan Aidan juga menangis disebelah saya karena dia haus dan harus tidur. Dia tidur dalam keadaan lapar dan basah mukanya karena menangis. Besoknya, saya bertekad menyapih dia. Awalnya saya kasih susu pake dot. Dia gak bisa makenya karena gak terbiasa. Saya ganti lagi dengan media lain yang pake spout. Akhirnya dia mau. Susunya Morinaga Chill Kid Vanilla ya. Tapi proses menidurkan dia yang susah, dia masih maksa minta nenen dan nangis sambil guling guling ditempat tidur. Saya terus menerus ngasih dia pengertian sambil ngelus ngelus badannya. Cukup lama dia tertidur sekitar 1 jam. Begitu terus sampe seminggu.Tiap malam atau tiap mau tidur saya buatkan dulu susunya sambil dikasih pengertian.

Alhamdulillah seminggu awal aja dianya pake drama teriak dan nangis kejer. Kesininya hanya butuh waktu 15 menitan buat nidurin dia biarpun masih pake guling guling tapi gak drama banget lagi. Saya bersyukur banget. Oh ya saya pake gelas spout nya Pigeon ya ibu ibu. Badan Aidan kembali normal dan chubby lagi. Selain susu saya juga kasih makan tapi menunya ganti ganti. Karena Aidan pembosan. Bukan anak anak aja sih, kitapun begitu ya kan.

Intinya kalo pengalaman saya untuk menyapih :

Pertama,SIAPKAN TEKAD KUAT. Ingat niat kenapa kita harus menyapih sang anak, karena kadang kita bisa luluh karena gak tegaan.
Kedua, KASIH PENGERTIAN KE ANAK. Ini penting banget karena biarpun mereka masih kecil tapi mereka mengerti. Berkali kali sampe sang anak mengerti dan gak perlu pake marah marah ke anak ya Ibu. Karena berat bagi mereka berpisah dari Ibu yang terbiasa menyusui dia. Karena menyusu kan bukan hanya supaya anak kita kenyang tapi juga nyaman yang didapatnya.
Ketiga, CARI MEDIA PENGGANTI MENYUSU. Pilih media yang nyaman buat anak. Bisa dot, bisa spout, bisa juga pake gelas langsung. Yang cocok bagi anak dan ibu pun menyetujuinya.

Bulan depan Aidan 2 tahun dan sudah punya adek. Next post saya akan cerita tentang perjalanan melahirkan anak kedua saya beserta biaya yang dikeluarkan ya.



© Natrarahmani
Maira Gall