Senin, 05 Februari 2018

Review Film Dilan 1990 : Sukses mengaduk hati

Saya baca novel Dilan itu karena rekomendasi adik ipar dan suami. Sebelumnya nggak tau sama sekali. Pas baca novel Dilan yang pertama udah senyam senyum sendiri serasa saya yang digombalin dan ngelirik ngelirik suami supaya baca kode untuk gombalin aku. Ternyata dianya anteng. Hahahaha. Kasian. Saya tidak terlalu penggemar film Indonesia. Bisa dihitung dengan jari film Indonesia mana yang saya tonton. Alasannya saya memilih yang benar benar bagus dan pantas buat ditonton. Bukan karena gak nasionalisme, tapi yang saya tau terlalu banyak film Indonesia yang bertele tele dan banyak hantu hantu gak jelas (alias banyak adegan senonoh). Ini jujur.

Saya menonton Dilan di bioskop saat sudah berjalan 10 hari. Iya telat. Jujur telatnya karena gak pengen desak desakan dengan anak anak ABG fans Iqbal yang bejibun banyaknya. Saya tidak ada ekspektasi apa apa menonton film Dilan. Hanya berbekal ingatan soal novel Dilan karya Pidi Baiq yang saya baca tahun lalu. Dalam film ini, kita dimanjakan dengan pemandangan Bandung yang katanya tahun 1990 yang dimana masih asri, dingin, dan gak banyak lalu lalang kendaraan. Tiba tiba saya rindu Bandung dan merasa nostalgia karena pernah tinggal disana selama 6 tahun.

Film ini hanya tentang percintaan dua anak manusia di SMA. Terdengar biasa. Yang luar biasa bagi saya adalah bagaimana perjuangan Dilan mendapatan Milea dengan cara yang tidak terduga, sederhana, tapi ngena untuk bisa bikin Milea Jatuh hati. Dilan adalah anak geng motor dan Milea adalah pindahan dari Jakarta. Cantiknya Milea terdengar sampai ke telinga Dilan, yang membuat dia penasaran. Bagaimana dilan meramal Milea, bagaimana Dilan mengirim surat dan coklat untuk Milea, bagimana Dilan menelpon Milea dengan keabsurdan percakapannya yang mebuat Milea tertwa.Tidak hanya Milea ternyata semua yang nonton pun sepertinya jatuh hati dan kesemsem sendiri. Iya bagaimana tidak, Dilan yang perannya dibawakan oleh Iqbal Ramadhan telah sukses mengaduk hati saya. Karakter Dilan sangat cocok dibawakan Iqbal dengan senyuman yang menawan banget dan asli saya kesemsem sama dedek gemes satu itu.

Hanya satu kurangnya menurut saya, saat ada adegan Bunda dalam mobil dengan Milea efek CGI di kaca mobilnya masih terasa kasar untuk menampilkan suasana tahun 1990 an. Dan untuk peran Milea yang diperankan oleh Vanessa kalo menurut saya masih kurang luwes tapi memang cantiknya persis seperti seharusnya Milea yang ada di Buku. Tapi chemistry keduanya menurut saya Sukses berat karena kita percaya mereka memang lagi jatuh cinta. Kisah cinta sederhana yang menurut saya luar biasa. Bagaimana Dilan menelpon Milea tiap malam dan kita tau bertebaran kata kata manis Dilan untuk Milea.Gak heran banyak yang menonton berulang kali karena film ini memang manis banget dan gak berat untuk ditonton. Apalagi mak mak macam saya yang kayaknya butuh banget digombalin macam Milea. Oh ya untuk membangun Chemistry ini mereka latihan sebulan loh dengan proses reading berdua dan diarahkan langsung oleh Kang Pidi baiq sendiri sang penulis novel.

Iqbal memerankannya tidak kaku dengan khas anak muda di tahun 1990 tapi cara pendekatan ke perempuan yang masih sukses ya jika diaplikasikan zaman sekarang. Saya membuktikan setelah menonton Dilan bahwa semua perempuan sejatinya pengen dihargai dan dipuji seperti Dilan sayang ke Milea. Dengan cara yang seharusnya tidak biasa. 

Quotes yang saya suka :

" Jangan rindu. Berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja"
" Tidak mencintai kan bukan berarti membenci"
" Cemburu hanya untuk orang yang tidak percaya diri. Saya sedang tidak percaya diri"

Film Dilan ini sangat cocok ditonton mumpung sekarang masih tayang. Sudah hampir 4 juta penonton loh selama masa hampir dua minggu tayang. Bener bener wow. Bener bener kamu harus nonton. Dan saya ingin kembali baca novelnya. Terima kasih Dilan dan Milea kalian membuat Februari ini penuh cinta.


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Natrarahmani
Maira Gall