Senin, 18 Maret 2013

Adik yang hebat itu bernama oji!


Perkenalkan adik saya bernama Oji. Umurnya sudah 18 tahun beda 4 tahun sama saya. Biar saya bercerita sedikit tentang dia. Saya anak pertama dari 4 bersaudara. Ketika saya berumur 4 tahun, oji lahir kedunia secara normal dan sehat. Nama pertama nya adalah Paris. Ternyata dia sakit sakitan. Mungkin namanya gak cocok. Akhirnya papa mama mengganti nama si anak kedua menjadi Ahmad Fauzi. Dan yang pastinya paling terganteng dikeluarga. Karena keluarga saya pencampuran Padang dan sepertiga arab. Bisa bayangkan seperti apa gantengnya adik saya bukan?

Tapi ketika umur 7 bulan, saat mama saya sedang mencuci pakaian dikamar mandi, adik saya sedang ditinggalkan didalam kamar. Saya sedang disekolah dan saya tidak mengetahui kejadian pastinya. Katanya adik saya saat itu digendong oleh salah satu keluarga kami dan tidak sengaja menjatuhkan oji ke lantai. Bisa bayangkan apa yang terjadi? Oji dilarikan kerumah sakit dan dokternya menyarankan untuk pengambilan air sumsum tulang belakang. Katanya untuk mengetahui penyakit oji yang sebenarnya. Kami yang tidak tahu menahu soal dunia kedokteran tentu hanya diam. Ternyata kejadian mal praktik. Penyakit tak juga ditemukan sementara oji karena diambil air sumsum nya menjadi lumpuh saat itu juga. Keluarga kami hancur karena bersedih saat itu juga. Papa yang menaruh harap akan anak laki lakinya, yang menjadi jagoannya kelak tak berdaya. Mama yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya tak seperti anak lainnya. Dia menangis.
sekeluarga bersedih dan mencoba ikhlas dengan semuanya.

Tapi saat kejadian itu, Ayah saya mendapat pekerjaan lebih baik di Pekanbaru yang sebelumnya susah mendapat pekerjaan. Karena ayah saya lulusan teknik. Akhirnya mama ikut dengan papa pindah. Sementara saya dan oji di Medan. Karena saya sudah bersekolah kelas 1 SD saat itu. Orang tua jauh, jadi di Medan saya  dan Oji dirawat oleh tante (adik mama) dan nenek saya. Bisa bayangkan kedekatan saya dengan oji. Sebelum tidur, sepulang sekolah, saat mau pergi sekolah saya selalu mengobrol dan bercerita dengan oji. Oji yang nyatanya paling mengerti saya dan kita berdua yang jauh dari orang tua yang selalu pulang setahun sekali. Oji adik yang paling saya sayangi padahal saat di pekanbaru mama saya pun punya dua adek kecil lagi.

Saya melindungi oji dari setiap perkataan orang. Oji yang lumpuh dan tidak bisa apa apa, yang normal adalah tangan kirinya. Tapi oji adalah anak yang pintar. Saya selalu mengajarkan oji pandai berhitung dan oji punya senyum yang cemerlang yang tak dimiliki oleh orang lain. Oji yang selalu senang menonton TV dan tertawa. Oji yang senang mendengarkan curhatan saya setiap kita mau tidur dan saya nyaman dengan dia. Bahkan saya lupa ulang tahun oji kemaren dan saya langsung merasa bersalah. Tapi saya yakin oji banyak yang sayang. Saat saya pulang ke medan, saya bersemangat sekaligus deg degan. Saya tau setiap saya melihat dia, saya menangis. Menangis menahan rindu dan belum bisa menerima dengan adik saya seperti itu. Iya belajar ikhlas adalah sesuatu yang paling sulit. saya mengakuinya. Saya bangga punya adik seperti itu dan selalu saya kenalkan dengan orang orang terdekat saya.

Sekarang oji sudah besar. Sudah tumbuh jerawat dimukanya, sudah tumbuh jakunnya, suara sudah pecah, dan tetap punya mata teduh sedunia. Perkenalkan adik saya, ahmad fauzi.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Natrarahmani
Maira Gall